Oleh : Putra Pandu
Ketika muncul pertanyaan tentang apa yang digarap oleh ilmu, tentunya jawabannya cukup luas. Karena, hingga kini yang digarap ilmu cukup dirasakan efeknya bagi penduduk di alam semesta.
Namun, pada dasarnya ilmu tunduk pada disiplinnya sendiri-sendiri yang artinya ada aturan tersendiri mengitarinya agar tetap dalam lingkaran. Maka dari itu, para peneliti menjadi sepesialis. Kendati demikian, seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu itu sendiri semakin meluas dari titik pendulumnya.
Dari perkembangan ilmu pengetahuan, penduduk alam semesta terseret menjadi praktis terhadap teknologi yang merupakan buah dari sains atau ilmu pengetahuan yang terus berkembang, dan itu wujud nyata saat ini dirasakan.
Kemudian, saat ini semakin besarnya kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan, seluruhnya buah pikiran harus di ilmiahkan. Ilmu dan teknologi di anggap dapat memecahkan semua permasalahan. Padahal, ilmu dan teknologi sebenarnya menjadi biang kerok berbagai permasalahan baru di dunia moderen.
Lihat, gawai (android) yang diharapkan membuka wawasan baru, malah seolah melumpuhkan generasi berikutnya. Ini menjadi persoalan memperihatinkan lantaran dapat disalahgunakan dan disalahpahami, lantaran banyak tahu yang kemudian menyebabkan membingungkan.
Namun, jika merujuk pada hakikat manusia itu sendiri, yakni mahluk yang berfikir dan hal itulah yang juga membuat manusia menjadi eksis. Nah, ketika sebagai manusia manja dalam berfikir dan tidak berkembang, pensiun jadi manusia, lantaran tidak lebih dari robot dan mesin.
Tentu harapannya sendiri kedepan adalah, para pemikir dapat membuat atau bahkan menemukan pemikiran yang baru untuk mengatasi terhadap hal yang telah menjadi biangkerok di permasalahan sebelumnya.
*

Tidak ada komentar:
Write comments