Bobroknya Mindset Mahasiswa dalam Berorganisasi

Oleh Eko Widiyanto, Praktisi Sekolah Kita Menulis Cabang Aceh Tenggara.


Fenomena mahasiswa di zaman sekarang ini tampak semakin tak terkendali. Banyak mahasiswa dalam berorganisasi cenderung hanya memetingkan kepentingan pribadi tanpa menghiraukan esensi dari perguruan tinggi di tempat organisai tersebut bernaung. Biasanya, kebanyakan mahasiswa beranggapan dunia mahasiswa tidak sempurna apabila tidak terjun ke dalam organisasi seperti halnya makan nasi tanpa lauk dan sayur. Memang betul kebanyakan mahasiswa masuk kedalam organisasi awalnya hanya ingin untuk meningkatan publik speking dan menambah relasi saja, tapi seiring waktu berjalan mindset itu berubah secara radikal akibat tekanan-tekanan dari sebuah organisasi tersebut.


Banyaknya senior yang memperbudak juniornya untuk menjalankan misi kepentingan pribadi senior tersebut. Kondisi seperti ini sering di manfaatkan oleh oknum senior yang terlalu nyaman hidup di organisasi, seharusnya senior itu menghidupkan organisasi bukan numpang hidup di organsasi. Tekanan-tekanan seperti ini banyak membuat mahasiswa dilema dan banyak yang memberontak karena ketidak adanya kemerdekaan dalam berfikir.


Konflik-konflik dalam internal yang berkepanjangan juga salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena konflik yang berkepanjangan menciptakan suasana dan kondisi organisasi yang memanas bahkan hubungan setiap anggota masing-masing terasa asing sampai-sampai saling membenci satu sama lain. Apabila saling mengasingkan maka komunikasi tidak terjalin dengan baik otomatis pergerakan organisasi tersebut terhambat. Belum lagi banyaknya anggota/kader yang terjerumus kedunia politik praktis.


Kemudian banyaknya organisasi yang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan terlalu monoton sehinga terasa sangat membosankan. Seperti contohnya rapat yang telah di tentukan waktunya tetapi banyak para peserta rapat yang hadirnya terlalu lama sehingga banyak anggota lainya merasa waktunya terbuang sia-sia hanya menunggu orang tersebut. Belum lagi rapat yang tak kunjung selesai dan berlarut-larut hanya membahas hal yang tidak penting dan mempertahankan pendapat masing-masing. Kemudian banyaknya para oknum yang anarkis ketika pendapatnya tidak diterima oleh orang lain.


Budaya perpeloncoan juga sangat berpengaruh besar terhadap mindset anggota/kader sebagai ajang balas dendam. Efek dari perpeloncoan ini banyaknya anggota/kader yang berusaha untuk melampiaskan apa yang di alaminya sebelumnya kepada juniornya, bahkan oknum tersebut melakukan pembalasan lebih dari yang dia alami.


Belum lagi banyaknya mahasiswa yang masuk organanisasi karena paksaan bahkan terpaksa sehingga membuat niat tersebut tidak terarah dan mindset yang tidak berperinsip. Karena memang faktor ini sangat sering terjadi belakangan ini akibat musibah yang di alami indonesia bahkan dunia selama 2 tahun lebih yaitu pandemi covid 19. 


Akibat dari pandemi covid 19 ini banyak organisasi-organisasi yang kekurangan anggotanya/kadernya sehingga mau tidak mau mereka harus memaksa mahasiswa untuk masuk ke organisasi tersebut. Jadi seolah-olah organisasi yang butuh mahasiswa bukan mahasiswa yang butuh dengan organisasi, mindset seperti ini lah yang membuat kebanyakan mahasiswa menjadi manja dan cengeng karena tidak adanya semangat dan komitmen dalam diri mahasiswa tersebut. Akibat dari paksaan itu banyak menimbulkan permasalahan hingga pergeseran mindset yang cukup drastis. Yang mana bisa kita lihat saat ini pergerakan-pergerakan organisasi mulai memudar bahkan ada organisasi yang harus di bekukan akibat tidak adanya aktifitas kegiatan organisasi.


Dari faktor permasalahan di atas sangat sering terjadi di setiap organisasi, namun faktor tersebut tidak bisa kita hindari karena budaya-budaya itu telah berakar dan menjadi trend di kalangan organisasi mahasiswa. Jadi permasalahan-permasalahan  seperti ini yang harus di cari obat penawarnya, apabila permasalahan ini terus berlanjut dan semakin merajalela maka lama kelamaan organisasi itu akan melahirkan generasi-generasi yang bobrok.


Sudah saatnya untuk melakukan revolusi organisasi mahasiswa guna untuk memperbaiki sendi-sendi organisasi. Karena organisasi mahasiswa juga salah satu ujung tombak dalam peningkatan  sumber daya manusia. Sebab organisasi mahasiswa bukan hanya bercerita tentang akademik saja tapi ada juga organisasi yang  menanamkan pendidikan karakter dalam diri. Pendidikan karakter ini sangat berpotensi besar untuk generasi kedepan. Organisasi mahasiswa yang berjalan dengan sesuai koridornya akan sangat berpengaruh besar dalam menyongsong generasi emas 2045.  Jadi organisasi mahasiswa sangat membantu kinerja pemerintah dalam menyukseskan program generasi emas 2045.




Tidak ada komentar:
Write comments